Pages

Subscribe:

Selasa, 03 Juli 2012

Sejarah Singkat Pringsewu

Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu dari 15 daerah otonom kabupaten/kota di Provinsi Lampung.  Kabupaten Pringsewu yang beribukota di kota Pringsewu, berjarak 38 km dari ibukota Provinsi Lampung, Bandar Lampung, mempunyai luas wilayah 625 km2, berpenduduk kurang lebih 475.353 jiwa .

Kabupaten Pringsewu terdiri dari 131 desa/kelurahan, yang tersebar di 9 kecamatan, yakni masing-masing Kecamatan Pringsewu, Pagelaran, Pagelaran Utara, Pardasuka, Gadingrejo, Sukoharjo, Ambarawa, Adiluwih, dan Kecamatan Banyumas.

Kabupaten Pringsewu berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah di sebelah utara, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pesawaran, di sebelah barat dan selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus.

Pringsewu, awal mulanya ...

Sejarah Pringsewu diawali dengan berdirinya sebuah perkampungan (tiuh) yang bernama Margakaya pada tahun 1738 Masehi yang dihuni masyarakat asli Lampung-Pubian, terletak di tepi aliran sungai Way Tebu, salah satu sungai besar yang ada di Pringsewu (sekitar 4 km sebelah selatan dari pusat kota Pringsewu saat ini).
Dari abad XVII hingga abad XIX tiuh Margakaya merupakan perkampungan yang ramai, subur dan makmur.
Kemudian, 187 tahun berikutnya, tepatnya pada tanggal 9 September 1925, sejumlah masyarakat asal Pulau Jawa melalui program kolonisasi oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, membuka areal permukiman baru dengan membuka hutan belantara yang sangat lebat yang banyak ditumbuhi ribuan batang pohon bambu di sekitar tiuh Margakaya tersebut. Karena begitu banyaknya pohon bambu, oleh masyarakat pembuka hutan, perkampungan yang baru dibuka tersebut dinamakan ‘Pringsewu’ yang mengambil nama dari bahasa Jawa yang artinya Bambu Seribu, dengan kepala desa pertama yaitu Bapak Ambar.

Selanjutnya, pada tahun 1936 berdiri pemerintahan Kawedanan Tataan yang beribukota di Pringsewu, dengan Wedana pertama yakni Bapak Ibrahim hingga 1943.
Selanjutnya,  Kawedanan  Tataan  berturut-turut  dipimpin  oleh  Bapak Ramelan  pada tahun 1943,  Bapak Nurdin  pada  tahun 1949,   Bapak Hasyim Asmarantaka  pada tahun 1951,   Bapak Saleh Adenan pada tahun 1957,  serta  pada  tahun 1959  diangkat  sebagai Wedana  yaitu  Bapak R.Arifin Kartaprawira  yang  merupakan  Wedana  terakhir   hingga tahun 1964,   saat  pemerintahan  Kawedanan  Tataan  dihapuskan.
Namun sebelum itu,  tepatnya  pada  tahun  1949   saat  masa  agresi  militer  Belanda  ke-2, Pringsewu   juga  pernah  menjadi  ibukota  darurat  Karesidenan  Lampung.    

Pada tahun 1964, dibentuk  pemerintahan Kecamatan  Pringsewu  yang  merupakan bagian  dari  wilayah  Kabupaten  Daerah  Tingkat  II Lampung  Selatan  sesuai  dengan Undang-undang  Nomor 14  Tahun 1964,  yang sebelumnya  Pringsewu  juga  pernah  menjadi  bagian  dari  Kecamatan Pagelaran  yang  juga  beribukota  di Pringsewu.
Dalam sejarah perjalanan berikutnya, Kecamatan Pringsewu bersama  sejumlah kecamatan   lainnya  di  wilayah Lampung Selatan bagian  barat yang menjadi  bagian wilayah  administrasi  Pembantu Bupati Lampung Selatan Wilayah Kotaagung, masuk menjadi  bagian  wilayah  Kabupaten  Tanggamus  berdasarkan   Undang-undang  Nomor 2 Tahun 1997,   hingga  pada  akhirnya  wilayah  ini  terbentuk  sebagai  daerah  otonom  yang mandiri  yakni  Kabupaten  Pringsewu, berdasarkan Undang-undang  Nomor 48  Tahun 2008, dan  diresmikan  oleh  Menteri  Dalam  Negeri  H.Mardiyanto  pada  tanggal  3 April 2009    di   gedung   Sasana Bhakti Praja     Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia, Jakarta, sekaligus melantik Penjabat Bupati Pringsewu  yang  pertama saat itu   Ir.H.Masdulhaq. 

Kabupaten Pringsewu merupakan wilayah heterogen terdiri dari  bermacam-macam suku  bangsa, dengan  masyarakat  Jawa  yang  cukup dominan,   disamping   masyarakat asli  Lampung,  yang  terdiri  dari masyarakat yang beradat Pepadun (Pubian)  serta masyarakat beradat Saibatin (Peminggir). (*)




Sejarah Singkat Pringsewu

Potensi Pringsewu



Tidak ada komentar:

Posting Komentar